Hitung Turnover Karyawan

Hitung Turnover Karyawan

Cara menghitung turnover karyawan

Untuk mengetahui turnover rate, kita dapat menghitungnya dengan cara membandingkan jumlah karyawan yang keluar perusahaan atau berhenti bekerja terhadap jumlah karyawan rata-rata di periode yang sama.

Sebagai contoh, kita bisa menghitung tingkat turnover karyawan dalam periode pendek dan panjang, misalnya bulanan dan tahunan.

Perhitungan Tingkat Turnover Tahunan

Hitungan sederhana dari tingkat turnoverkaryawan adalah menghitung jumlah karyawan keluar dibagi dengan perbandingan jumlah karyawan pada akhir tahun sebelumnya dengan jumlah karyawan pada tahun perhitungan saat ini.

Misalnya Anda ingin menghitung turnover karyawan pada tahun 2019. Perusahaan Anda memiliki karyawan keluar 10 orang selama tahun 2019.

Jumlah karyawan Anda pada akhir tahun 2019 adalah 100 dan pada awal tahun 2020 sebanyak 100 orang. jadi: (10/(100+100);2 x 100) berarti tingkat turnover karyawan Anda pada tahun 2019 adalah 10%.

Gaji dan Beban Kerja yang Tidak Sepadan

Salah satu penyebab tingginya turnover karyawan adalah sistem penggajian dan nilai kompensasi yang tidak seimbang dengan tanggung jawab pekerjaan. Perusahaan dengan tingkat turnover rendah menyadari pentingnya memberikan gaji yang sesuai dengan keahlian karyawan sebagai bentuk penghargaan.

Cara memastikan kompensasi yang sesuai adalah dengan memberikan kenaikan gaji tahunan dan memantau praktik penggajian perusahaan lain, serta menerapkan bonus berdasarkan kinerja proyek.

Moril Karyawan yang Rendah

Salah satu hal yang dinikmati oleh pekerja adalah bila memiliki rekan kerja yang baik dan saling mendukung. Karyawan yang keluar masuk berpotensi untuk menganggu keharmonisan tempat kerja karena jumlah orang baru yang terlampau banyak. Perubahan anggota yang terlalu cepat mengakibatkan karyawan tidak terlalu dapat membangun hubungan yang baik sehingga berpotensi mengurangi motivasi karyawan dalam bekerja.

Keempat dampak di atas akan terefleksi pada laporan keuangan dalam bentuk kerugian finansial. Kehilangan pekerja berbakat dan alur kerja yang terganggu berpotensi mengurangi efektivitas bisnis perusahaan. Selanjutnya, reputasi tempat kerja yang kurang baik membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengkompensasi kandidat yang melamar agar mau bergabung dengan perusahaan. Alhasil, performa perusahaan secara finansial juga akan turun.

Mempertimbangkan dampak negatif dari tingkat turnover yang tinggi, perusahaan harus mencari solusi untuk mengurangi tingkat turnover karyawan.

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat

Hal lain yang juga perlu diperhatikan untuk mencegah peningkatan turnover karyawan adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Selain di dalam perusahaan, pastikan setiap karyawan mendapatkan keseimbangan yang baik antara kehidupan pekerjaan dan pribadi mereka masing-masing.

Jangan ragu meminta karyawan untuk mengambil cuti. Berikan waktu khusus bagi mereka untuk beristirahat secara berkala. Keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan keluarga akan mendorong karyawan tumbuh menjadi pribadi yang lebih produktif.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mendukung lingkungan kerja yang lebih baik adalah lewat penyelenggaraan Employee Assistance Program atau EAP. EAP menyediakan dukungan kesehatan mental, emosional, dan pribadi kepada karyawan. Ini termasuk konseling, layanan kesehatan mental, dan sumber daya untuk mengatasi stres kerja dan masalah pribadi.

Dengan memfasilitasi akses terhadap bantuan ini, EAP membantu karyawan mengelola tekanan, meningkatkan kesejahteraan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan sehat. Grome, sebagai salah satu penyedia layanan konseling online, siap membantu semua perusahaan di Indonesia untuk menyelenggarakan EAP yang berkualitas.

Jenis Turnover Karyawan

Sebenarnya banyak jenis turnover karyawan berdasarkan kesukarelaan, pengendalian, dan juga fungsional. Namun jenis turnover karyawan yang akan dibahas terkait dengan pengaruhnya dengan stabilitas perusahaan adalah dari segi tingkat fungsi. Jenis turnover berdasarkan tingkat fungsi terbagi menjadi dua yaitu turnover fungsional dan disfungsional.

Di mana turnover karyawan tidak mempengaruhi kualitas perusahaan bahkan cenderung menguntungkan. Dikatakan menguntungkan karena memang karyawan tersebut memiliki kinerja buruk sehingga perusahaan dapat mengganti dengan karyawan lain yang lebih baik.

Jenis turnover ini yang cenderung merugikan perusahaan. Hal ini  disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, baik kinerjanya buruk maupun bagus karyawan tersebut tetap dibutuhkan secara fungsional.

Kedua, hilangnya sosok pemimpin, ketiga adalah karyawan tersebut memiliki kinerja baik, perilaku baik, dan memiliki pengaruh besar bagi perusahaan.

Membuat Program untung Jenjang Karier

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, salah satu penyebab kenapa karyawan memutuskan untuk keluar dari perusahaan adalah tidak adanya jenjang karier. Oleh karena itu, membuat program jenjang karier adalah langkah yang baik untuk menurunkan tingkat turnover karyawan.

Tawarkan jenjang karier yang menarik dan menjanjikan. Pastikan informasi tentang jenjang karier disampaikan secara rinci dan fasilitasi kegiatan pelatihan untuk pengembangan keterampilan. Dengan demikian, karyawan akan memiliki tujuan yang jelas dan terarah dalam karier mereka di perusahaan, meningkatkan kepuasan dan motivasi dalam bekerja.

Menjaga tingkat turnover karyawan yang sehat merupakan prioritas bagi setiap perusahaan. Dengan memahami penyebab turnover dan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover, meningkatkan retensi karyawan, dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif serta memuaskan bagi semua anggota tim. Langkah-langkah proaktif ini penting untuk memastikan pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang perusahaan.

Menyusun Strategi Engagement Karyawan

Menyusun rencana strategi engagement adalah dengan membuat program yang prokaryawan. Misalnya membuat program kompensasi, program reward karyawan, insentif, memberikan program pelatihan skill karyawan dan juga fleksibilitas kerja terutama dalam memenuhi kebutuhan work-life balance karyawan.

Selain itu perusahaan juga harus menerapkan performance review. Hal itu berguna agar perusahaan dapat melakukan evaluasi dan juga menentukan langkah yang harus dijalankan untuk mengembangkan karyawan.

Perusahaan juga harus membuka diri dengan survei tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Sebisa mungkin lakukan setiap bulan.

Menawarkan Gaji dan Tunjangan yang Memadai

Cara mengatasi turnover karyawan berikutnya adalah dengan memberikan gaji dan tunjangan yang memadai. Gaji di atas rata-rata industri dan tunjangan seperti asuransi kesehatan akan memberikan motivasi tambahan bagi karyawan untuk menetap pada perusahaan.

Proses Terjadinya Turnover Karyawan

Proses terjadinya turnover dianalisis melalui pendekatan psikologis dan struktural. Psikologis adalah respon psikis dari karyawan. Sedangkan struktural adalah berbicara secara keseluruhan dari struktur perusahaan. Pada analisis proses terjadinya turnover, kami akan membahas dari sudut pandang karyawan.

Pertama, karyawan akan mengevaluasi beberapa hal selama mereka bekerja. Biasanya karyawan baru merasakan budaya dan tekanan kerja pada bulan ke-6. Biasanya mereka mengevaluasi kerjasama tim, sistem kerja perusahaan apakah sudah pro-karyawan atau belum, rutinitas kerja, dan juga hubungan dengan atasan.

Pada proses ini, karyawan mulai memiliki opsi untuk tinggal atau tetap bekerja. Pada fase ini karyawan cenderung memiliki performa kerja yang menurun. Pada fase ini juga karyawan tersebut mulai mencari peluang pekerjaan baru yang lebih baik.

Pada tahap ini, karyawan mulai mengajukan resign kerja kepada tim kemudian kepada tim HR. Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini adalah melakukan exit interview dan juga komunikasi internal divisi.

Exit interview dilakukan untuk menjawab permasalahan karyawan dan sebagai bentuk keyakinan perusahaan bahwa karyawan tersebut masih dibutuhkan. Kedua, exit interview dilakukan sebagai sarana evaluasi perusahaan dalam menyusun sistem kerja yang kolaboratif dan lebih humanis.

Komunikasi internal divisi pun juga demikian. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan masukan dan keresahan karyawan selama bekerja bersama dalam tim.

Baca juga: Bagaimana Cegah Turnover Karyawan Tinggi saat COVID-19?