Manggarai Batu Ceper

Manggarai Batu Ceper

Central station development

On 12 August 2016, PT KAI Commuter Jabodetabek together with fans of KRL Commuterline held a discussion on the Manggarai Station development plan. To answer the complaints of passenger queue, which continues to increase every year, the completion of the Cikarang–Manggarai double-double track will be accelerated. In addition, this station will be made multi-storey which can accommodate inter-city trains and commuter trains with their respective tracks and platforms. It is expected to become the central station for the KRL Commuter Line and also the terminus for the Soekarno–Hatta Airport Rail Link.[6]

Later, the Directorate General of Railways (Indonesian: Direktorat Jenderal Perkeretaapian or DJKA) of the Ministry of Transportation began renovating the Station in 2017 by adding a new building with a modern minimalist futuristic architecture to three floors. The first floor will include platforms and rails for trains making stops at the station, the second floor will be dedicated for passenger facilities and commercial areas, and the third floor will also function as a train stop, serving the same purpose as the first floor.[7][8] The old station building, a legacy of Staatsspoorwegen, will be maintained because of its status as a cultural heritage. By the completion of the Manggarai Station project as a central station, it is planned that all long and medium-distance inter-city passenger trains that terminate at Gambir Station will be moved to Manggarai Station.[9][10]

To accommodate Soekano–Hatta Airport Rail Link services, its trips which originally only served Sudirman Baru/BNI City—Soekarno-Hatta Airport route was extended to Manggarai; previously it was extended to Bekasi for several months. With the completion of the airport train building, Manggarai Station has officially served the rail link passengers since 5 October 2019.[11]

The first phase of the Manggarai Central Station development was inaugurated by the President of Indonesia, Joko Widodo on 26 December 2022.[12][13]

As an innovation in optimizing its assets, KAI offers a naming rights program. This program was re-run after being last implemented at BNI City Station in 2018 and Metland Telagamurni Station in 2019. Through this program, brands from partners who enter into contracts can be applied to various aspects of KAI media including signage, wayfinding, maps track, to announcements both at the station and on the train.[14]

KAI targets the phase 1 station naming rights program to be completed this year. Therefore, on 20 September 2022, KAI held an Exclusive Meeting Gathering for potential partners at Hotel Mulia, Jakarta. For phase 1, naming rights are offered to Manggarai Station and several other stations in Jakarta, including Pasar Senen, Jatinegara, Tanah Abang, Tebet, Cikini, Sudirman, Juanda, Gondangdia, and Palmerah stations.[15]

Manggarai Station also functions as a storage area for large trains with a train depot. Many executive, business, and economy class trains are stored in this depot before they are sent to Pasar Senen and Gambir Station to begin their journey.

Adjacent to the depot and station building is the Manggarai railway workshop, which is a workshop used for routine maintenance and repair of passenger trains. The Bukit Duri depot is also located near the station, it is used for storing and daily maintenance of various electric trains. This depot initially also kept diesel locomotives, but all of them were moved to depots in Cipinang and Tanah Abang.

Manggarai Station had nine train tracks that were used for EMU stops plus one track each to the Train Affairs Supervisor, Bukit Duri Depot, and Manggarai Railway Workshop. Tracks 1 and 2 are dedicated to trains operating on the Cikarang Line, while tracks 3 and 4 serve as straight routes for inter-city trains and additional stops for Cikarang Line trains. Tracks 5-7 are allocated for trains on the Bogor Line, and tracks 8 and 9 are designated for stops on the Soekarno–Hatta Airport Rail Link.

As of 25 September 2021, the first phase of the station's development has been completed. It is in the form of a new multi-storey building that was built on the west side along with the upper tracks consisting of four railway tracks, so that the number of station tracks has increased to thirteen tracks. Simultaneously, the Central Line was renamed to Bogor Line and it was transferred to the upper tracks, which was numbered tracks 10 to 13. Tracks 10 and 11 were turning and straight tracks for KRL Commuterline to Jakarta Kota, while tracks 12 and 13 are straight and turning tracks, respectively, for the KRL Commuterline to Bogor. In addition, access to the platform through the main door on the west side is also integrated with TransJakarta via Manggarai BRT Station.

Since the operation of KRL Commuterline, the station has become increasingly congested, proved by the large number of passengers as well as international franchise restaurants and shop companies that have opened branches here.

Straight tracks directly to Jakarta Kota

Straight tracks directly to Bogor

The following is a list of train services at the Manggarai Station.

Stasiun Manggarai (MRI) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan; pada ketinggian +13 meter; termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terluas ketiga di DKI Jakarta dengan luas ±2,47 ha (6,1 ekar).

Stasiun ini melayani kereta api bandara dan komuter Commuter Line menghubungkan berbagai penjuru wilayah Jabodetabek. Letak stasiun berada di persimpangan tujuh: ke Jatinegara, Jakarta Kota, Tanah Abang, Bogor, Depo KRL Bukit Duri, Pengawas Urusan Kereta, dan Balai Yasa Manggarai.

Stasiun ini pernah memiliki lorong bawah tanah, seperti di Stasiun Pasar Senen, supaya memudahkan penumpang untuk berpindah antarperon.[6] Akan tetapi, lorong bawah tanah di stasiun ini kini telah ditutup seiring dengan proyek pembangunan stasiun yang saat ini tengah berlangsung. Saat ini, tidak ada kereta api jarak jauh yang berhenti di stasiun ini, kecuali jika terjadi penyusulan dan antrean antarkereta api.

Wilayah Manggarai sudah dikenal sejak abad ke-17, merupakan tempat tinggal dan pasar budak asal Manggarai, Flores yang kemudian berkembang menjadi Gementee Meester Cornelis. Meskipun jalur Batavia—Buitenzorg dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada tahun 1873, Stasiun Manggarai dibangun pada tahun 1914 dan selesai pada 1 Mei 1918.[7]

Sejak dibangun, tidak ada perubahan yang mencolok pada bangunan stasiun ini. Pada saat diresmikan, bangunan ini sebenarnya belum selesai secara keseluruhan—atap besi tidak dapat didatangkan karena terjadi Perang Dunia I. Sejak 1913, Staatsspoor en Tramwegen (SS) menguasai seluruh jalur KA di Batavia dan Meester Cornelis, kemudian menata ulang jalur KA di kedua kotapraja tersebut, antara lain membongkar Stasiun Bukit Duri eks-NIS (depo KRL saat ini) dan membangun stasiun baru di Manggarai. Pembangunan dipimpin oleh arsitek Belanda, Ir. J. van Gendt, yang juga merancang bangunan sekolah pendidikan perkeretaapian dan rumah-rumah dinas pegawai di sekitar kawasan stasiun.[7]

Stasiun ini menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, yakni pada 3 Januari 1946, ketika kereta luar biasa (KLB) mengangkut rombongan Presiden Soekarno ke Kota Yogyakarta. Berbagai persiapan yang bersifat rahasia dilakukan. Deretan gerbong barang diletakkan di jalur 1. Sekitar pukul tujuh malam, KLB melintas dengan sangat perlahan dari arah Pegangsaan melalui jalur 4.[7]

Pada 12 Agustus 2016, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) bersama komunitas pecinta KRL Commuter Line menyelenggarakan diskusi mengenai rencana pengembangan Stasiun Manggarai. Untuk menjawab keluhan antrean penumpang KCI yang terus meningkat setiap tahunnya, penyelesaian jalur dwiganda Cikarang—Manggarai dikebut. Selain itu, stasiun ini akan dibuat bertingkat yang dapat mengakomodasi kereta api jarak jauh dan KRL Commuter Line dengan jalur masing-masing. Stasiun ini diharapkan akan menjadi stasiun pusat bagi KRL Commuter Line dan juga terminus untuk KRL Bandara Soekarno-Hatta.[8]

Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian mulai melakukan renovasi stasiun ini pada tahun 2017 dengan menambahkan bangunan baru dengan arsitektur modern minimalis futuristik menjadi sebanyak tiga lantai—lantai 1 stasiun merupakan emplasemen KRL Commuter Line dan KRL bandara, lantai 2 merupakan tempat penyediaan fasilitas penumpang dan kios (area komersial), dan lantai 3 digunakan untuk pemberhentian KRL Commuter Line dan juga kereta api jarak jauh.[9][10] Bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen, tetap dipertahankan karena berstatus sebagai cagar budaya. Dengan selesainya proyek Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral ini, direncanakan semua kereta api antarkota lintas utara, tengah, dan barat Jawa di Stasiun Gambir akan dipindahkan ke Stasiun Manggarai pada tahun 2025. Meskipun demikian, Stasiun Pasar Senen tidak mengalami dampak dari perpindahan layanan KA antarkota ke Manggarai terutama bagi kelas campuran dan ekonomi. Namun tantangan harus dihadapi bagi Direktorat Jenderal Perkeretaapian maupun PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai operator dari stasiun sentral Manggarai yang direncanakan seperti pembebasan lahan yang luas untuk membangun akses yang memadai serta kepadatan penumpang yang tidak dihindari terutama stasiun pertukaran lin KAI Commuter yang hendak bertukar menuju tujuan selanjutnya.[11][12][13]

Untuk mengakomodasi pelayanan KRL Bandara Railink (kini bernama Commuter Line Basoetta), perjalanan yang semula hanya melayani rute Sudirman Baru/BNI City—Bandara Soekarno-Hatta diperpanjang menjadi Manggarai—Bandara Soekarno-Hatta—sebelumnya sempat diperpanjang menjadi Bekasi—Bandara Soekarno-Hatta selama beberapa bulan. Akses menuju layanan KA Bandara dari sisi timur pun stasiun pun dipermudah dengan enerapansistem tarif khusus.[a] Dengan selesainya bangunan KA Bandara, Stasiun Manggarai sudah resmi melayani penumpang KRL Bandara tersebut sejak 5 Oktober 2019.[14]

Sebagai inovasi dalam mengoptimalkan asetnya, KAI menawarkan program hak penamaan ekslusif. Program ini dijalankan kembali setelah terakhir dilaksanakan pada Stasiun BNI City pada 2018 dan Stasiun Metland Telagamurni pada 2019. Melalui program ini, jenama dari mitra yang menjalin kontrak dapat diterapkan pada berbagai aspek media KAI meliputi papan petunjuk (signage, wayfinding), peta jalur, hingga pengumuman di stasiun maupun di dalam kereta.[15]

KAI menargetkan program hak penamaan stasiun fase 1 dapat selesai tahun ini. Oleh karena itu pada 20 September 2022, KAI melaksanakan Exclusive Meeting Gathering bagi para calon mitra di Hotel Mulia, Jakarta. Untuk fase 1 ini, hak penamaan ditawarkan bagi Stasiun Manggarai serta beberapa stasiun lain di Jakarta antara lain Stasiun Pasar Senen, Stasiun Jatinegara, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Tebet, Stasiun Cikini, Stasiun Sudirman, Stasiun Juanda, Stasiun Gondangdia, dan Stasiun Palmerah.[16]

Bersebelahan dengan depo dan bangunan stasiun terdapat Balai Yasa Manggarai, yang merupakan bengkel untuk melakukan perawatan rutin dan reparasi kereta penumpang. Tidak jauh di selatan stasiun ini terletak depo KRL Bukit Duri, tempat penyimpanan dan perawatan harian aneka kereta rel listrik. Pada awalnya, depo ini juga menyimpan lokomotif diesel, tetapi semuanya dipindahkan ke depo di Cipinang dan Tanah Abang.

Stasiun Manggarai awalnya hanya dapat diakses melalui bangunan cagar budaya di sisi timur Stasiun dan tidak ada akses menuju perkampungan di Jalan Dr. Saharjo dan Halte Transjakarta Manggarai selain berjalan sejauh 500 meter melalui Terowongan Manggarai. Bahkan masyarakat setempat sempat membuatkan tangga darurat dari kayu untuk memudahkan akses penumpang menuju ke sisi barat stasiun dengan memungut sejumlah uang, meskipun tetap harus melalui tanjakan dan turunan yang curam.[17]

Sebelumnya, Stasiun Manggarai memiliki sembilan jalur kereta api yang digunakan untuk pemberhentian KRL ditambah masing-masing satu jalur untuk langsiran menuju Pengawas Urusan Kereta, Depo Bukit Duri, maupun ke Balai Yasa Manggarai. Jalur 1 dan 2 digunakan untuk pemberhentian Lin Cikarang. Jalur 3 dan 4 digunakan sebagai sepur lurus untuk kereta api jarak jauh serta untuk pemberhentian Lin Cikarang. Jalur 5-7 digunakan untuk pemberhentian Lin Sentral (Lin Bogor). Jalur 8 dan 9 digunakan untuk pemberhentian KRL Bandara Soekarno Hatta.

Per 25 September 2021, pengembangan tahap pertama stasiun ini sudah selesai dikerjakan. Pengembangan tersebut berupa bangunan baru bertingkat yang dibangun di atas emplasemen sisi barat stasiun beserta jalur atas yang terdiri dari empat jalur kereta api sehingga jumlah jalur stasiun bertambah menjadi tiga belas jalur. Bersamaan dengan itu, layanan Lin Sentral diubah namanya menjadi Lin Bogor serta jalurnya dipindahkan melalui jalur atas Stasiun Manggarai yang diberi nomor jalur 10 sampai 13. Jalur 10 dan 11 berturut-turut merupakan sepur belok dan sepur lurus pemberhentian KRL tersebut untuk arah Jakarta Kota, sedangkan jalur 12 dan 13 berturut-turut merupakan sepur lurus dan sepur belok pemberhentian KRL tersebut untuk arah Bogor. Selain itu, akses peron melalui pintu utama di sisi barat stasiun juga terintgrasi dengan Transjakarta melalui Halte Manggarai.[18] Per 20 Desember 2023, akses penyeberangan sebidang ditutup sepenuhnya, dan loket timur stasiun untuk penumpang KRL dikembalikan ke bangunan cagar budaya.[19]

Sejak pengoperasian KRL Commuter Line, stasiun ini menjadi semakin padat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah penumpang naik-turun, serta banyak perusahaan restoran dan pertokoan waralaba internasional yang membuka cabang di sini.

Berikut tata letak peron di Stasiun Manggarai beserta layanan kereta komuter yang melayaninya per 20 Desember 2023:[19]

Setelah menjalani perombakan dan renovasi besar-besaran, pada sentuhan terakhirnya, pihak Direktorat Jenderal Perkeretaapian memasang huruf timbul aksesori yang berbunyi "I Love DJKA", yang juga dipasang di Stasiun Matraman. Pemasangan ini menimbulkan kontroversi karena para pengguna jasa KRL Commuter Line mempertanyakan seberapakah kepentingannya pemasangan huruf timbul tersebut. DJKA menganggap bahwa aksesori tersebut hanya berfungsi untuk memotivasi pegawai DJKA agar bekerja lebih giat lagi. Seorang anggota komunitas Anak Kereta (pengguna jasa KRL Commuter Line) menanggapi persoalan ini bahwa DJKA hanya merasa ingin mengapresiasi dirinya sendiri, sementara pengguna jasa terus mengkritik sejumlah kinerja yang harus dievaluasi seperti eskalator yang sering mengalami gangguan.[20][21] Setelah mendapatkan kritikan tajam, huruf timbul yang terpasang di lantai 2 Stasiun Manggarai dicopot pada 22 Februari 2023.[22]

Pada 24 Juni 2022, seorang penumpang KRL Commuter Line terjatuh ke bawah peron. Dikatakan bahwa penumpang tersebut jatuh saat hendak masuk ke KRL 5551 relasi Cikarang—Kampung Bandan di peron jalur 6-7 Stasiun Manggarai. Hal ini memicu kepanikan seluruh penumpang di Stasiun Manggarai mengingat kereta sedang melintas saat korban terjatuh. Beruntung, korban selamat dan segera dibawa ke Pos Kesehatan Stasiun untuk diberikan pertolongan pertama. Setelah ditangani di pos kesehatan dan kondisi kesehatannya dipastikan baik, penumpang itu kembali melanjutkan perjalanan menggunakan KRL.[23]

Pada 8 Juli 2022, dua minggu berselang sejak insiden sebelumnya, seorang anak terperosok ke bawah peron Jalur 6 Stasiun Manggarai saat akan naik KRL TM 6000 New Livery bersama dengan ibunya dan adiknya yang masih kecil. Beruntung anak tersebut langsung diselamatkan oleh Petugas Keamanan Dalam (PKD) diduga anak tersebut terperosok karena penuhnya kapasitas kereta sebagai akibat penyesuaian pascaperubahan rute.[24]

Pada tanggal 12 September 2023, pukul 10.15 WIB, tiang-tiang perancah besi (scaffolding) yang menopang beton untuk pembangunan lantai atas Stasiun Manggarai terindikasi miring atau hampir roboh. Akibatnya, perjalanan Commuter Line Cikarang terhambat.[25]

Pada tanggal 21 Februari 2024, eskalator peron 11/12 jalur Bogor di yang sempat mati, tiba-tiba menyala pada saat kerumunan penumpang hendak menaikinya, hal ini membuat beberapa penumpang terjatuh karena eskalator tersebut bergerak berlawanan arah.[26]

Pada tanggal 17 April 2024, seorang anak kecil dilaporkan terjatuh di antara celah peron Stasiun Manggarai. Insiden ini viral di media sosial setelah video penyelamatan yang dilakukan petugas stasiun beredar.[27]

Stasiun Manggarai digunakan sebagai latar tempat adegan film horor berjudul Kereta Hantu Manggarai (2008) dan Kereta Setan Manggarai (2009). Kedua film tersebut diyakini diadaptasikan dari legenda urban yang beredar di masyarakat sekitar stasiun.[28]

Pintu masuk Stasiun Manggarai, 2020

Tampak depan Stasiun Manggarai dengan papan nama versi baru 2020, April 2021

sedang berhenti di Stasiun Manggarai

Stasiun Manggarai, 2010

KRL JR East seri 205 eks jalur Musashino nomor 205-29F berhenti di Stasiun Manggarai menuju Jatinegara melalui Tanah Abang—Kampung Bandan—Kemayoran

Stasiun Manggarai dengan Papan Nama versi 2017

Papan nama Stasiun Manggarai per April 2021

sedang berhenti di Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta melalui Duri-Batu Ceper, 2021

Adhiprasasta, Muhamad Agra; Noerwasito, Vincentius Totok (2018-03-31). "Pengembangan Stasiun Pusat Regional di Manggarai – Jakarta selatan". Jurnal Sains dan Seni ITS. 7 (1): 14–18. doi:10.12962/j23373520.v7i1.29233. ISSN 2337-3520.

Railway station in Indonesia

Manggarai Station (MRI)[1] is a railway station at Manggarai, Tebet, South Jakarta, Jakarta, Indonesia. At present, it serves primarily as a transit station for KRL Commuterline's Bogor Line, Cikarang Loop Line, and Soekarno–Hatta Airport Rail Link; The Bukit Duri depot is located at the south side of the station, it also serves as a storage for intercity trains before they go to Gambir or Jakarta Kota stations for their departure.

Currently, the station is undergoing development and will feature three levels. After its completion, Manggarai will be the largest railway station in Indonesia; It will not only serve commuter trains, but it will also serve as the starting point for inter-city trains as well as the Soekarno–Hatta Airport Rail Link. Hence, the station will replace Gambir as the terminus for most intercity trains in 2025.[3] There will also be a housing complex, a commercial complex, and a 5-star hotel surrounding the station.[4]

The region of Manggarai has already been known since the 17th century. It is the residence and market for slaves from Manggarai, Flores which later developed into Gementee Meester Cornelis. Although the Batavia—Buitenzorg line was built by the Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) in 1873, Manggarai Station was built in 1914 and completed on 1 May 1918.[2]

The construction was not fully finished when it was first opened — World War I in Europe delayed the delivery of certain parts of its roof. Its tracks branched to Meester Cornelis (Jatinegara), Tanah Abang, and continued to Bandung. The construction was supervised by Van Grendt, who also designed the railway education school building and official residences for employees around the station area. The first class waiting room has not changed since the 1910s. The station replaced the second Meester Cornelis Station, which was located a few hundred meters to the south.[2][5]

The station witnessed an episode of Indonesian National Revolution, when on 3 January 1946 the extraordinary train (Indonesian: Kereta Luar Biasa or KLB) transported the entourage of President Sukarno to Yogyakarta. Secret preparations were made, including placing of rows of freight carriages on track 1. At around seven o'clock in the evening, the KLB passed very slowly from the direction of Pegangsaan through track 4.[2]

Hasil Pencarian Domino Batu Gaple Batu

Maaf, barangnya tidak ketemu

Coba cek lagi kata pencarianmu.

Supporting transportation

After undergoing a major overhaul and renovation, in early 2023 the Directorate General of Railways (DJKA, see above) of Ministry of Transportation installed an embossed accessory letter that reads "I ♡ DJKA" as the final touch, which was also installed at Matraman Station. The installation caused controversy because KRL Commuterline passengers questioned how important it was. The directorate general considers that these accessories only aim to "motivate their employees to work even harder". A member of the Anak Kereta community (frequent passengers of KRL Commuterline) responded to this problem that DJKA only felt like appreciating themselves, while passengers continued to criticize a number of performances that had to be evaluated such as station escalators which often experienced disturbances.[16][17] After receiving harsh criticism, the installation, located on the second floor, were removed on 22 February 2023.[18]

On 24 June 2022, a passenger on the KRL Commuterline fell under the platform. It is said that the passenger fell when the passenger was about to enter KRL 5551 on the Cikarang–Kampung Bandan service of Cikarang Loop Line on the platform of tracks 6-7 of Manggarai Station. This triggered panic among all passengers at the station, considering the train was passing when the victim fells. Luckily, the victim survived and was immediately taken to the station health post to be given first aid. After being treated and confirming that the passenger's health is in good condition, the passenger resumed its journey using the train.[19]

On 8 July 2022, two weeks after the previous incident, a child fell under the track of 6 platform at Manggarai Station while boarding the KRL TM 6000 New Livery along with the child's mother and young sister. The child was immediately rescued by the internal security officer (PKD), it was suspected that the child had fallen due to the train's full capacity as a result of the adjustment after the route change.[20]

Manggarai railway station is used as a background on horror movie, Kereta Setan Manggarai and Kereta Hantu Manggarai. Both films are based from an urban legend which circulating in the station.[21]

The east entrance of the Manggarai station, 2020

The KRL Commuterline's

at the Manggarai Station

Manggarai Station platforms, 2009

Manggarai Station platforms, 2010

ex Musashino line number 205-29F stops at Manggarai Station towards Jatinegara via Tanah Abang—Kampung Bandan—Kemayoran

The station signboard as of April 2021

train stopping at Manggarai Station heading to

via Duri-Batu Ceper, 2021

Manggarai Station old building with its name signage, 2021

A commuter line train departing from the upper floor platform of Manggarai Station

Dengan dioperasikannya Stasiun KA Bandara Manggarai ini, masyarakat mempunyai alternatif akses untuk menuju bandara. Jika sebelumnya layanan KA Bandara hanya bisa dicapai melalui Stasiun Sudirman Baru (BNI City), Stasiun Duri dan Stasiun Batu Ceper, kini masyarakat bisa mengakses KA Bandara dari Stasiun Manggarai.

Sebelumnya layanan KA Bandara dari Bekasi dihentikan sejak 8 September 2019 setelah sebelumnya dibuka sejak

Mengenai kesiapan stasiun, pihaknya sudah melakukan uji pengoperasian prasarana dan uji keselamatan. Dari hasil pengujian tersebut, stasiun ini dinyatakan layak untuk dioperasikan.

"Stasiun ini dibangun dengan mengedepankan kenyamanan penumpang. Untuk menuju ke peron, telah disediakan eskalator dan lift bagi lansia dan difabel, sehingga tidak menyulitkan penumpang apabila membawa barang bawaan yang besar dan berat," kata Danto.

Sebagai cara menggaet penumpang, PT Railink sebagai pengelola operasi dan anak usaha PT KAI (Persero), memberikan promo tarif gratis di hari pertama operasional dari Manggarai. Promo tersebut diinformasikan melalui akun instagram resmi @kabandararailink. Namun, promo gratis tersebut tidak berlaku jika kuota telah habis.

"100 orang pertama gratis naik KA Bandara, bisa turun di BNI City, Duri, Batu Ceper ataupun sampai Bandara Soekarno Hatta," tulis akun tersebut, Kamis (3/10/2019).

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Adapun jadwal perjalanan tersedia tiap 30 menit sekali. Dari Manggarai menuju Soetta, kereta pertama berangkat pukul 05.10, dan kereta terakhir pukul 21.40. Sedangkan dari Soetta menuju menuju Manggarai kereta pertama pukul 06.20 dan kereta terakhir pukul 23.20.

Perpanjangan rute sekaligus diharapkan bisa memacu tingkat keterisian atau okupansi KA Bandara.

"Saya harapkan paling tidak 50% ya, menjadi 50%," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman, Kamis (3/10/2019).

Target yang dipatok Budi Karya tergolong tidak terlalu muluk. Pasalnya, sejauh ini okupansi KA Bandara Soekarno-Hatta belum terlalu optimal. "Semula 30-35%," sebutnya.

Pada Juli silam, tingkat okupansi KA tersebut mencapai rata-rata 4.000-4.400 penumpang per hari atau hanya 13% dari kapasitas angkut. Padahal, kapasitas total kereta tersebut jauh lebih besar.

Mengacu pada data yang tercantum dalam website resmi Railink, tiap rangkaian KA Bandara Soetta terdiri dari 6 gerbong. Masing-masing rangkaian tersedia 272 kursi.

KA Bandara sedianya diproyeksikan mampu beroperasi dengan 124 jadwal perjalanan per hari, sehingga mampu mengangkut 33.728 penumpang per hari. Namun, sejauh ini baru terdapat 70 jadwal perjalanan per hari.

Dengan jumlah tersebut, kapasitas penumpang per hari adalah 19.040 penumpang. Jika dibandingkan dengan tingkat okupansi saat itu yang mencapai 4.000-4.400/hari, maka setiap hari di KA Bandara ada 15.000 kursi kosong.

Jakarta (ANTARA) - Akhir pekan ini mau kemana gaizz.., liburan atau ada yang lagi dinas luar kota? Sudah coba Kereta Api (KA) Bandara dari Stasiun Manggarai belum?

Sudah satu pekan ini Stasiun Manggarai menyediakan layanan KA Bandara dengan rute Manggarai-Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), sejak saat itu layanan ini mudah diakses tidak hanya bagi warga Jakarta tetapi juga bagi masyarakat dari Bekasi, Cikarang, Depok dan juga Bogor.

Cukup dengan menaiki Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter line dari kota masing-masing, lalu turun di Stasiun Manggarai, salah satu stasiun transit terbesar yang ada di wilayah Jakarta.

Wakil Kepala Stasiun Manggarai, Nurcholis mengatakan sudah sejak zaman Belanda Stasiun Manggarai dibuat sebagai stasiun transit KRL dari berbagai kota khususnya Jabodetabek.

"Stasiun transit itu ada beberapa yakni Stasiun Manggarai, Jatinegara dan Tanah Abang, hanya saja Manggarai jadi stasiun transit utama semua kereta bertemu atau transit di sini," kata Nurcholis.

Dibukanya layanan naik turun penumpang di Stasiun Manggarai semakin mematangkan persiapan Manggarai sebagai stasiun hub yakni persinggahan persimpangan utama di DKI Jakarta. Yang artinya, kereta jarak jauh, KRL, hingga kereta bandara akan wajib berhenti di Stasiun Manggarai.

Operasional awal layanan KA Bandara di Stasiun Manggarai diluncurkan secara resmi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu (5/10) pekan lalu.

Menteri Budi mengatakan beroperasinya layanan KA Bandara dari Stasiun Manggarai menjadi moda transportasi alternative bagi penumpang dari Bekasi, Depok, Cikarang dan Bogor untuk mengakses Bandara Soekarno-Hatta.

"Penumpang merespon baik, kalau berangkat dari Manggarai berarti ‘point to point’ karena masyarakat dari Bekasi, Cikarang, dan Depok bisa mengakses, karena Manggarai jadi setral perjalanan mereka," kata Menteri Budi, Sabtu itu.Loby Barat Stasiun Manggarai Jalan Dr Saharjo I dekat Pasaraya, pintu khusus masuk bagi penumpang KA Bandara Soetta, (9/10/2019) (ANTARA/Laily Rahmawaty)Operasional KA Bandara

Sebelumnya layanan kereta listrik menuju Bandara Soekarno Hatta hanya bisa dicapai melalui Stasiun Sudirman Baru (BNI City), Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper, terhitung mulai 2 Januari 2018, setelah dilakukan uji coba Desember 2017.

Setelah hampir 1,5 tahun berjalan kini masyarakat bisa mengakses KA Bandara dari Stasiun Manggarai, layanan ini tersedia di peron sembilan dan sepuluh.

Untuk mengakses layanan ini sebenarnya ada tiga pilihan yang bisa dicoba oleh commuters atau pengguna, tetapi PT Railink sebagai pengelola merekomendasikan dua akses saja yakni transit menggunakan KRL atau lewat Lobi Barat Stasiun KA Bandara Manggarai yang ada di Jalan Dr Saharjo 1 arah Pasaraya.

Selasa (9/10) ketiga Antara menjajal KA Bandara dari Stasiun Manggarai, pilihan ketiga yang mungkin dicoba oleh pengguna adalah lewat pintu utama Stasiun Manggarai. Pilihan ini akan merepotkan bagi yang membawa barang banyak.

Biasanya akses pintu utama Stasiun Manggarai digunakan oleh para commuter yang akan menggunakan KRL Jabodetabek, tapi juga pengguna KA Bandara juga bisa mengakses cukup dengan sekali ‘tap’ tiket elektronik atau uang elektronik hanya dikenai Rp1 rupiah saja.

Pintu masuk utama Stasiun Manggarai tidak dilayani oleh moda transportasi publik seperti onjek ‘online’ ataupun transportasi terintegrasi lainnya, akses ini hanya cocok untuk warga lokal menggunakan kendaraan pribadi atau ojek pangkalan.

"Ada tiga pilihan akses KA Bandara, bisa transit dari Manggarai, lewat Lobi Barat samping Pasaraya, atau lewat pintu utama cuma dikenai tarif Rp1 rupiah saja," kata Wakil Kepala Stasiun Manggarai, Nurcholis.

PT Railink merekomendasikan dua pilihan masuk karena pengguna tidak perlu direpotkan menyeberangi persimpangan (crossing) rel kereta untuk mencapai peron sembilan dan sepuluh yang berada di sisi barat Stasiun Manggarai.

Stasiun Manggarai juga sudah memiliki jalan tembusan bawah (underpass) untuk mobilitas pengguna KRL berpindah dari satu peron ke peron lainnya tanpa harus menunggu kereta yang parkir.Peron sembilan di Stasiun Manggarai akses masuk bagi pengguna KRL commuter line yang ingin menggunakan layanan KA Bandara, (9/10/2019) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Pengguna KA Bandara yang berasal dari transit KRL commuter line setelah turun dari kereta di Stasiun Manggarai bisa langsung berpindah menuju peron sembilan dan sepuluh yang barada sisi barat.

Bagi yang sudah melakukan pembelian tiket KA Bandara secara 'online' dapat mencetak tiket terlebih dahulu di mesin pembelian tiket (vending machine) yang tersedia di Stasiun Manggarai.

Jika sudah memiliki cetakan tiket, pengguna tinggal ‘tap out’ di mesin portabel yang ada di pintu peron sembilan masuk menuju KA Bandara. Jangan khawatir ada petugas yang akan membantu mengarahkan penumpang KRL untuk ‘tap out’ dan menscan barcode tiket KA Bandara.

Sedangkan untuk penumpang yang belum memiliki tiket, setelah ‘tap out’ terlebih dahulu, langsung naik lantai dua untuk membeli tiket, tersedia escalator dan lift yang bisa diakses oleh penyandang disabilitas.

Di lantai dua tersebut tersedia sejumlah mesin pembelian tiket, pembayarannya dilakukan secara elektronik dengan pilihan debit kredit atau prabaya (prepaid) menggunakan uang elektronik.

Untuk mengakses mesin pembelian tiket ini cukup mudah, komputer layar sentuh tersebut menyediakan menu pilihan pembelian tiket, jika kesulitan ada petugas layanan KA Bandara yang siap membantu pengguna.

Berikut tahapannya : tekan pilihan ticket pada layar, lalu muncul pilihan buy ticket atau beli tiket. Pilihlah tiket regular atau regular ticket. Setelah itu tampilan gambar berpindah kepada slide berikutnya yakni tujuan keberangkatan, tampilannya seperti gambar ular tangga.

Dari Stasiun Manggarai pengguna dapat memilih Stasiun Soetta sebagai tujuan pilihan dengan memecet tombol pada layar sentuh bertuliskan Stasiun Soetta. Begitu juga sebaliknya dari Stasiun Soetta-Stasun Manggarai.

Selanjutnya tampilan layar berubah menampilkan pilihan jadwal kereta yang akan dinaiki, total ada 34 perjalanan dengan nomor KA serta jam keberangkatan.

Pengguna tinggal menekan salah satu pilihan jadwal keberangkatan secara otomatis sistem akan memproses pesanan, jangan lupa untuk memasukkan pilihan jumlah orang, selanjutnya baru menekan tombol booking.

Sebelum pembayaran dilakukan, sistem pada mesin akan meminta nomor telepon pemesan terlebih dahulu, hal ini untuk memudahkan pihak KA menghubungi pengguna jika keretanya sudah tiba.

Setelah memasukkan nomor telepon, tinggal tekan tombol next atau berikutnya, dan pilihan transaksi pembayaran. Untuk pembayaran menggunakan uang elektronik tinggal menekan tombol prepaid, begitu juga untuk debit kredit.

Setelah pembayaran dilakukan tiket akan keluar secara otomatis dari mesin print, ada dua lembar kertas yang dicetak pertama tiket dan yang kedua bukti pembayaran.

Jika sudah terbiasa beli tiket kurang dari lima menit, pengguna bisa menuju kereta di peron sembilan, petugas dengan mesin scanner portable akan memeriksa tiket setelah itu silahkan turun menggunakan lift atau tangga berjalan.

Untuk pengguna dari Lobi Barat Stasiun Bandara Stasiun Manggarai lebih simple karena langsung diarahkan ke lantai dua tempat ruang tunggu dan pembelian tiket, naiknya bisa menggunakan tangga berjalan atau lift juga tersedia.

Harga tiket KA Bandara saat ini masih promosi dibandrol Rp40 ribu, promo ini akan berakhir pada tangngal 31 Oktober 2019. Setelah promo berakhir tiket regular kembali normal Rp70 ribu per orang.

KA Bandara tidak hanya melayani penumpang dengan tujuan akhir Bandara Soetta tapi juga penumpang umum KRL yang ingin Sudirman maupun Duri, dan Batu Ceper setiap harinya. KA Bandara jadi pilihan commuters menuju Stasiun Sudirman Baru dan Duri dengan fasilitas seperti kereta eksekutif.

Tarif pengguna umum ini masih promo yakni Rp10 ribu bagi penumpang dari Stasiun Manggarai-Stasiun Sudirman Baru, normalnya Rp35 ribu.Untuk penumpang yang turun di Stasiun Duri tarifnya Cuma Rp15 ribu, dan untuk sampai Stasiun Batu Ceper Rp40 ribu.

"Prioritas utama penumpang Bandara Soetta, tapi KA Bandara juga melayani penumpang commuter," kata Vice President Commercial PT Railink, Fitri Kusumo Wardhani.Pengguna KA Bandara memperlihatkan tiket setelah melakukan pembelian dari mesin tiketing di Stasiun Bandara Soetta, (9/10/2019) (ANTARA/Laily Rahmawaty)Perjalanan 57 menit

KA Bandara ini memiliki enam rangkaian dengan kapasitas 272 kursi untuk satu kali keberangkatan. Total ada 68 perjalanan setiap harinya pulang pergi dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soetta dan sebaliknya.

Keberangkatan paling pagi dari Stasiun Manggarai mulai pukul 05.10 WIB dan paling akhir pukul 21.40 WIB. Sedangkan dari Stasiun Soetta mulai pukul 06.07 WIB sampai 22.35 WIB.

KA Bandara tersedia setiap 30 menit sekali dengan lama waktu tempuh kurang dari satu jam atau antara 47 menit sampai dengan 57 menit.

Pada kereta pertama dan keenam tersedia layanan kursi bagi penyandang disabilitas. Di kereta pertama dan keenam juga tersedia toilet dan tempat mengganti popok bayi.

Setiap kereta tersedia bagasi atau tempat menyimpan barang bawaan seperti tas travel atau lainnya. Tapi pengguna juga bisa meletakkan tas di dekat kursi, karena jarak antar kursi memiliki ruang yang cukup luas dan nyaman bagi pengguna.

Dalam KA Bandara memang tidak tersedia terminal listrik untuk mengisi daya ponsel, selama 57 menit perjalanan pengguna bisa menggunakan waktu untuk melihat pemandangan dari kaca jendela yang ukurannya lumayan lebar, membaca buku, menyelesaikan tugas kantor atau tidur.

Berbagai fasilitas penunjang tersedia di Stasiun KA Bandara Stasiun Manggarai maupun Stasiun Soetta, seperti ruang tunggu dengan kursi dan pendingin ruangan yang sekelas ruang tunggu bandara.

Kelengkapan fasilitas penunjang seperti kios belanja, dan makanan ada di Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Manggarai masih disiapkan.Sedangkan di Stasiun Soetta fasilitas penunjang sudah tersedia baik, seperti stasiun pengisian air minum, kios belanja makanan, toko buku dan ruang tunggu yang luas dengan kursi yang empuk dengan berbagai pilihan.Pengguna KA Bandara menikmati perjalan dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Bandara Soeta, (9/10/2019) (ANTARA/Laily Rahmawaty)Skytrain penghubung antar terminal bandara

Setelah menempuh perjalanan selama 57 menit penumpang akan tiba di Stasiun Bandara Soetta, tidak seperti moda transportasi darat yakni bus, pengguna bisa langsung turun di masing-masing terminal sesuai maskapai yang digunakan.

Baca juga: RAILINK tanggapi permintaan warga Bekasi membuka jalur bandara

Baca juga: KA Bandara layani 68 perjalanan setiap hari

Baca juga: Penumpang kereta Bekasi minta buka kembali jalur bandara

Khusus pengguna KA Bandara untuk mencapai terminal keberangkatan harus melanjutkan perjalanan menggunakan Skytrain atau kereta layang. Di sini pengguna harus bisa menyediakan waktu cukup agar tiba di bandara tepat waktu.

Stasiun Bandara Soetta terhubung langsung dengan kereta layang, untuk mengaksesnya pengguna bisa berjalan keluar menuju lobi Stasiun Bandara, setelah melakukan pemeriksaan tiket keluar terlebih dahulu.

Petugas akan mengarahkan pengguna naik ke lantai dua menggunakan escalator atau lift, fasilitas ini bisa diakses bagi penyandang disabilitas baik yang menggunakan kursi roda maupun tongkat.

Sebagai kereta penghubung, Skytrain gratis bagi pengguna KA Bandara maupun lainnya. Kereta layang ini tersedia setiap 15 menit sekali, terdiri atas satu rangkaian. Tersedia kursi tempat duduk dan ruang berdiri dengan pegangan tangan yang memadai, lama tempuh waktu ke setiap terminal juga kurang dari lima menit.

Dari atas Skytrain kita bisa merasakan keseruan melintas di atas jalan layang bandara melihat pemandangan bandara yang luas bisa juga melihat langsung pengemudi skytrain menggerakkan moda transportasi terpadu tersebut.

Riksa Fitria Imania (40) warga Kota Bogor merasakan keseruan pertama kalinya menaiki KA Bandara dari Stasiun Manggarai hingga sampai di Terminal 2f Bandara Soetta.

Menurut dia, KA Bandara bisa menjadi alternative warga untuk menuju Bandara selain menggunakan bus. Selain jadwalnya yang tepat waktu, pengguna punya kepastian tiba bandara tepat waktu. Riksa berangkat dengan kereta pukul 09.40 WIB dari Manggarai, tiba di Bandara Soetta 10.38 WIB

"Jadi tidak ada cerita lagi ketinggalan pesawat karena kena macet di Jakarta," kata Riksa.

Bagi pengguna yang baru mendarat dari Bandara Soetta prosedurnya juga sama, bedanya ketika sampai di Stasiun Manggarai, pengguna bisa langsung 'tap in' untuk bisa mengakses KRL commuter line begitu keluar dari KA Bandara.Pemandangan dari dalam kereta layang atau Skytrain di Stasiun Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Selasa (9/10/2019). Kereta ini melayani penumpang menuju masing-masing terminal yang ada di Bandara Soetta. (ANTARA/Laily Rahmawaty)Target KA Bandara

Sejak hari pertama pengoperasian KA Bandara dari Stasiun Manggarai menuju Soetta tanggal 5 Oktober jumlah penumpang mencapai 3.938 penumpang. Jumlah itu meningkat hari kedua, Minggu (6/10) yakni 4.271 penumpang.

Peningkatan jumlah penumpang terlihat di hari-hari berikutnya yakni 5.684 penumpang pada Senin (7/10), lalu 5.631 penumpang di hari Selasa (8/10), hingga Rabu (9/10) mencapai 6.058 penumpang.

Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto berharap adanya kenaikan jumlah penumpang setelah akses KA Bandara dibuka dari Stasiun Manggarai.

"Setidaknya dengan buka akses ini ada peningkatan, walaupun enggak sampai 50 persen karena kita nanti yang dari Bogor bisa naik KA Bandara dari Manggarai," kata Heru.

Jika Singapura memiliki Bandara Changi dengan segala fasilitasnya yang wah, tentunya Indonesia dengan segala kelengkapan sumber dayanya bisa menyainginya.

Seperti yang disampaikan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono pada 2013 lalu, pembangunan moda transportasi KA menuju dan dari Bandara Soetta dilakukan antara lain agar dapat menyaingi layanan transportasi yang telah dibangun di Bandara Changi milik negara Singa putih tersebut.

Editor: Ganet Dirgantara Copyright © ANTARA 2019